Bagaimana Tuhan Mewujudkan Keinginan Hambanya

Mendengar kabar bahwa hari ini, 9 Mei 2016 adalah pengumuman SNMPTN, sontak mengingatkan gue persis kejadian tahun lalu. Ya, Ihsan Ananto yang saat itu duduk di kelas 12 malam itu sedang harap-harap cemas menunggu hasil yang di harap-harapkan, kotak hijau di web SNMPTN bertuliskan "SELAMAT ANDA DITERIMA". Bermodalkan nilai rapot yang tergolong biasa saja dibandingkan teman-teman gue yang lain, gue mencoba untuk mendaftar di Jurusan Statistika ITS. Jurusan yang sebenarnya asing buat gue dan baru gue pilih h-sebulan sebelum finalisasi SNMPTN beralasan tak suka pelajaran Fisika. Gak cuma itu, alasan gue memilih Statistika di ITS juga karena teman gue yang lain udah milih Statistika UNPAD dan UGM terlebih dahulu. Takut bersaing, akhirnya gue memilih ITS sebagai pilihan gue di SNMPTN. 

Singkat cerita, sehabis UN waktu itu gue bisa dibilang tergolong santai dan terlalu berharap sama SNMPTN. Ya, buaian akan cerita mudahnya diterima di PTN dari SMA gue, track record kakak kelas yang bagus dan gapunya saingan di jurusan yang sama dari SMA sendiri membuat gue jumawa dan yakin bisa diterima, Di bimbel, gue belajar se-kenanya. Gak seperti temen-temen gue yang lain yg ga peduli soal hasil SNMPTN dan memilih fokus nyiapin diri buat SBMPTN. Abis UN pun gue lebih memilih untuk liburan dulu sama temen-temen gue ke Bandung untuk refreshing sejenak setelah UN. Dan ternyata apa yang Alitt Susanto bilang bahwa orang sukses adalah orang yang mau menunda kesuksesan adalah benar, Allah berkehendak lain saat itu,

Takut membuka hasil SNMPTN sendirian di rumah, hari itu Sabtu 9 Mei 2015 gue memutuskan untuk ke sekolah, lebih tepatnya ke tongkrongan, untuk membuka hasil SNMPTN bersama temen-temen. Karena web SNMPTN yang super duper lemot abis, gue dan temen-temen memutuskan untuk ke dalam sekolah menemui Pak Eko untuk melihat siapa saja yang diterima. Tiga lembar kertas berisi nama-nama penerima undangan SNMPTN pun sudah berada di genggaman beliau, tanpa pikir panjang kami pun berebut melihat masing-masing nama kami. Yak, dan saat mencari nama gue disitu, ternyata gak ada. Shock? iya, kecewa? iya, juga beberapa ekspresi tidak menyangka gue sontak menyatu jadi satu saat itu. Kekecewaan gue sempet hilang karena Ading, teman yang dulunya paling bangsat  nakal pas SMP dan berubah waktu SMA, keterima FTSL ITB. Temen-temen gue meluk dia begitu pun juga gue, apalagi gue adalah salah satu saksi metaformosis dia sampe jadi seperti sekarang. 

Tetapi kekecewaan memang tak bisa ditutupi, gue pulang dengan lesu, bokap dan nyokap berusaha menyemangati gue dengan bilang masih banyak jalur lain buat masuk PTN. Tetapi gue sendiri pun bingung karena bisa dibilang gue tertinggal beberapa langkah dari temen gue yang udah siap SBMPTN. Sejak saat itu gue berusaha semampu gue buat ngejar mater-materi SBMPTN dan berusaha ngurangin main gue. Jujur, kemampuan belajar gue sangat menurun dibanding waktu SMP dulu. Hari-hari gue sampai tes SBMPTN gue abisin di tempat bimbel untuk belajar sambil sesekali mencari hiburan sampai akhirnya hari tes pun tiba. Setelah tes gue merasa makin runyam. Gue cuma bisa jawab 11 soal TKPA yang notabene fundamental buat gue yang saat itu milih FMIPA ITB, Statistika UNPAD dan PWK UNDIP. Gue merasa butuh keajaiban dan kebaikan Allah biar gue diterima. Disamping itu gue coba langsung mendaftar PKM ITS yaitu seleksi masuk ITS tanpa tes dengan menggunakan nilai SBMPTN.

Bertepatan dengan bulan Ramadhan, 9 Juli 2015 adalah pengumuman SBMPTN dan gue kembali ga berani buka hasil itu. Rencana awal, gue pengen ngebuka hasil SBMPTN habis sholat taraweh. Tetapi bokap gue maksa untuk segera buka dan hasilnya, yak gaada lagi kotak hijau di web tersebut. Gue sempet gapercaya dan berharap nama gue ga keluar karena website error. Tetapi ternyata bener, nama gue beneran ga keluar alias ditolak untuk kedua kalinya. Gue frustasi saat itu. Gue gak siap kalau bikin ortu gue kecewa lagi apalagi gue masih ga yakin bisa diterima jika tes ujian-ujian mandiri univ yang memerlukan biaya lagi. Dengan frustasi nya saat itu gue mencoba mendaftar jalur mandiri terdekat yakni SM UNS. Seleksi yang memakai nilai SBMPTN tanpa tes.

Beruntungnya adalah gue punya temen seperti Alam. Temen gue dari SMP yang keterima di FTTM ITB ini, tau gue kecewa berat gue ga keterima SBMPTN. Mendadak dia ngajakin gue i'tikaf di masjid dekat rumahnya. Iya, i'tikaf, hal yang gak pernah gue lakuin selama hidup gue. Boro-boro i'tikaf taraweh aja lebih banyak bolongnya. Memang, gue bersyukur banget masa-masa perjuangan gue ke PTN ini bertepatan banget sama bulan Ramadhan. Gue yang putus asa saat itu inget cerita Pak Eko bahwa ada kakak kelas gue yang berandalannya minta ampun, tetapi karena sholat subuh di masjid dia bisa diterima di PTN. Gue yang sholat subuhnya sering lewat saat itu mencoba buat sholat subuh di masjid. Hal-hal yang berbau religius termasuk baca quran sehari se-juz (iya gue dulu jarang baca quran) gue lakuin saat itu untuk melancarkan jalan gue biar diterima di PTN. Memang, manusia itu akan selalu berusaha mendekat kepada-Nya saat lagi butuh.

Ternyata bahwa perkataan Allah akan mengabulkan doa orang-orang yang berusaha benar adanya. Malam itu, entah malam ke berapa ramadhan selagi i'tikaf di masjid gue ngebuka hasil pengumuman SM UNS dan akhirnya boom! nama gue untuk pertama kalinya muncul untuk diterima di Statistika UNS. Gue gabisa ngomong apa-apa selain bersyukur sama Allah dan paginya gue pulang dan bawa kabar baik buat bokap nyokap di rumah. Selepas euforia gue diterima di UNS, gue masih menunggu hasil yang lain, iya hasil PKM ITS yang udah lama gue daftarin dan baru diumumin 31 Juli. Buka pengumuman PKM ITS feel nya beda dibanding buka hasil-hasil sebelumnya. Gue merasa nothing to lose karena gue udah cukup puas bisa keterima di UNS dan bisa pulang ke daerah asal bokap gue. Setelah gue buka hasilnya nunjukin bahwa GUE KETERIMA DI STATISTIKA ITS. Iya Statistika ITS, pilihan pertama gue saat SNMPTN. Seneng, bangga, takjub dan ga percaya menyelimuti gue saat itu juga bokap dan nyokap gue. Anaknya bakal merantau ke Surabaya buat kuliah di ITS!

Inti dari sharing gue kali ini, bukan gue mau sombong soal ibadah gue, bukan. Gue pengen berpesen buat adek-adek yang nanti belum berkesempatan menerima hasil baik di SNMPTN untuk jangan cepat kecewa. Allah ingin melihat seberapa besar usahamu untuk mendapat sesuatu yang kamu inginkan. Seperti apa yang Allah lakukan ke gue. Allah ingin melihat apakah kamu akan mengingat-Nya di saat terpuruk dan Allah ingin melihat perubahan apa yang kamu lakukan untuk bisa mencapai semua itu. Gue gak mau munafik dan sok alim. Gue memang bukan hamba yang baik karena deket pas ada maunya aja dan sekarang mulai sering lagi lewat subuhnya dan jarang sholat di masjid. Tapi gue yakin, Allah itu baik, Ia akan tetap mendengar apapun doamu seburuk apapun dosamu. Jadi sebaik dan sekeras apapun belajarmu, jika kau lupakan Allah yang menciptakanmu maka semua itu sia-sia. Oke sekalinya gue update blog mendadak alim gini, sekian sharing gue kali ini, Have a nice day!

Komentar

  1. haii mau tanya waktu sbmptn taun lalu sempet itung itung ga dapet berapa persen atau ngerjain berapa soal?? tkss

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cuman sempet itung saintek nya, ngerjain cuma 11 salah 5

      Hapus

Posting Komentar